Bahan Pembuatan Segel Keamanan: Karet
Pengembangan
plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet,
"shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia
(seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul
buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).
Karet
adalah polimer hidrokarbon yang ditemukan dalam lateks berbagai jenis tanaman.
Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah Hevea
brasiliensis atau Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Beberapa tanaman lain,
seperti Ala Alan (misalnya Banyan), Sawo sawoan (misalnya Rubber Percha dan
Manila Sapodilla), Euphorbiaceae lainnya, dan dandelion, juga menghasilkan
getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet. Selama Perang Dunia
II, sumber-sumber ini digunakan untuk mengisi kesenjangan pasokan karet dari
Para. Saat ini, permen karet patch digunakan dalam pengobatan (gutta-percha),
sedangkan lateks coklat Manila biasanya digunakan dalam permen karet (chicles).
Karet industri kini sudah diproduksi secara sintetis dan dapat menjadi pesaing
dalam industri karet.
Karet
adalah polimer yang terbuat dari unit isoprena (politerpen) dan terdiri dari
5000 hingga 10.000 unit dalam rantai bercabang. Mungkin tiga ikatan pertama
adalah trans dan kemudian cis. Senyawa ini ditemukan dalam lateks kayu
produksi. Karet bersifat amorf pada suhu
kamar. Ini mengkristal pada suhu rendah. Saat suhu naik, karet memuai sepanjang
sumbu vertikalnya. Ketika suhu turun, keadaan meningkat ini pulih. Karena
alasan ini, karet bersifat elastis. Lateks terbentuk pada permukaan benda bulat
kecil (disebut "badan karet")
berukuran dari 5 nm hingga 5 m dan berlimpah di sitosol sel vaskular
lateks (deformasi floem). Isopentenil difosfat (IPD) yang diproduksi oleh sel
vaskular lateks bertindak sebagai substrat. Dengan bantuan katalisis
prenyltransferase, pemanjangan terjadi pada permukaan badan karet, yang
membawa polipeptida 14 kDa yang disebut rubber elongation factor
(REF). Sebagai bahan awal, 3,3-dimetilalil difosfat juga diperlukan sebagai substrat kedua. Tugas ini membutuhkan
enzim isomerase.
Karet
diyakini dinamai oleh Joseph Priestley, yang pada 1770 menemukan lateks yang
dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil. Ketika karet dibawa ke Inggris, dia
diamati bahwa benda tersebut dapat menghapus tanda pensil di atas kertas. Ini
adalah awal penamaan rubber dalam bahasa Inggris. Di tempat asalnya, di Amerika
Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Peradaban
Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Orang Amerika Tengah kuno
menggunakan bola karet dalam permainan mereka (lihat: permainan bola
Mesoamerika). Menurut Bernal Diaz del Castillo, Conquistador Spanyol sangat
kagum terhadap pantulan bola karet orang Aztek dan mengira bahwa bola tersebut
dirasuki roh setan. Di Brasil orang lokal membuat baju tahan air dari karet.
Sebuah cerita menyatakan bahwa orang Eropa pertama yang kembali ke Portugal
dari Brasil dengan membawa baju anti-air tersebut menyebabkan orang-orang
terkejut sehingga ia dibawa ke pengadilan atas tuduhan melakukan ilmu gaib. Segel Jakarta/ Segel Tanggerang/ Segel Murah/
Segel Asli/ Segel Kualitas. Cari tahu lebih lanjut mengenai Segel Keamanan.
Karet
adalah bahan utama pembuatan Ban, beberapa Alat-alat kesehatan, alat-alat yang
memerlukan kelenturan dan tahan goncangan. Dibeberapa tempat salah satunya
Perkebunan karet di Jember biji karet bisa dijadikan camilan dengan proses
tetentu, rasanya gurih namun bila berlebihan kadang membuat pusing kepala.
Kementerian
Perindustrian menyebutkan, industri karet dalam negeri sejauh ini baru menyerap
sekitar 550.000 ton dari total produksi karet alam yang mencapai 3 juta ton per
tahun. Dari total karet alam yang terserap, 55% digunakan untuk industri ban,
17% untuk industri sarung tangan dan benang karet, 11% untuk industri sepatu
dan 9% untuk industri produk karet lainnya.
1. Produk
primer
Produk utama dari pabrik karet adalah karet alam. Karet
alam banyak diperdagangkan sebagai bahan baku berbagai produk. Saat ini,
lebih dari 90% karet dunia berasal dari
Asia Tenggara. Budidaya 4.444 karet sendiri memiliki konsekuensi ekonomi, sosial dan ekologi. Risiko sosial
termasuk perampasan tanah (misalnya Kamboja, Laos), pekerja anak (misalnya
Kamboja, Laos, Myanmar), kerja paksa (Myanmar), pendapatan rendah, kesehatan
pekerja karena paparan bahan kimia, dan akhir. Kesehatan pengguna (alergi).
getah). Dari sudut pandang ekonomi, ada beberapa risiko menanam karet dalam
bentuk profitabilitas budidaya, pendapatan pemangku kepentingan, ketergantungan
pada harga global dan keragaman produk (pasar perdagangan karet dan karet alam tidak adil). Dari segi
ekologi, keragaman genetik, hilangnya habitat beberapa spesies, hilangnya
spesies (karena hilangnya habitat), erosi (karena hilangnya tanaman),
deforestasi, perubahan iklim, jasa alam. Ada berbagai konsekuensi berupa
pengurangan.
Standar kualitas produk
primer
Produk utama dari tanaman karet yaitu karet alam. Kualitas
karet alam diatur oleh Badan Standar Nasional (BSN) melalui Standard Indonesian
Rubber (SIR) pada tahun 1999. Standard Indonesian Rubber adalah karet alam yang
diperoleh dengan pengolahan bahan olah karet yang berasal dari getah batang
pohon Hevea Brasiliensis secara mekanis dengan atau tanpa kimia, serta mutunya
ditentukan secara spesifikasi teknis. SIR digolongkan dalam 9 jenis mutu yaitu:
a.
SIR 3 CV (Constant Viscosity)
b.
SIR 3 L (Light)
c.
SIR 3 WF (Whole Field)
d.
SIR LoV (low viscosity)
e.
SIR 5
f.
SIR 10
g.
SIR 10 CV/VK (constant viscosity)
h.
SIR 20
i.
SIR 20 CV/VK
Perbedaannya adalah pada tingkat kadar kotoran, dan pada
bahan olahan yang dipakai. SIR 3 CV, SIR 3 L dan SIR 3 WF berasal dari lateks
kebun. SIR 5 berasal dari karet lembaran dan/atau koagulum segar. SIR 10, SIR
10 CV/VK, SIR 20, SIR 20 CV/VK dibuat dari koagulum lapangan. Untuk memilih
jenis bahan olah yang sesuai dengan rencana produksi, produsen SIR dapat
berpedoman kepada SNI 06-2047 revisi terakhir (Standar Bahan Olah Karet).
Adapun SNI 06-2047 yang harus diikuti yaitu, persyaratan teknis bahan olahan
komoditas ekspor Standard Indonesian Rubber (Bokor SIR) yang meliputi:
a.
Tidak mengandung kontaminan vulkanisat karet
b.
Tidak mengandung kontaminan berat
c.
Mengandung kontaminan ringan maksimum 5%
d.
Penggumpalan secara alami atau menggunakan bahan
penggumpal.
2. Produk
Sekunder
Pelanggan paling penting dari karet alam adalah industri
otomotif. Hampir 70% karet alam kemudian diolah menjadi ban mobil. Selain
menjadi ban, karet alam juga digunakan untuk ikat pinggang di beberapa negara.
Hampir 70% karet alam kemudian diolah menjadi ban mobil. Selain menjadi ban,
karet alam juga digunakan untuk ikat pinggang di beberapa negara.
Standar kualitas produk
sekunder
Untuk
standardisasi kualitas ban telah dilakukan dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) oleh Badan Standar Nasional. Terdapat 6 produk yang terkena SNI wajib.
Keenam produk ban yang terkena SNI Wajib tersebut adalah jenis ban untuk mobil
penumpang (Pos Tarif/HS No. 4011.10.00.00), ban truk ringan (4011.10.00.00),
ban truk bus (4011.20.10.00), ban sepeda motor (4011.40.00.00). Selain itu
terdapat ban dalam kendaraan bermotor untuk mobil penumpang, truk ringan, truk
dan bus, sepeda motor. Untuk kategori ini, pemerintah membaginya dalam tiga nomor
pos tarif. Pos tarif No. 4013.10.11.00 untuk ban dalam mobil penumpang dan truk
ringan, HS No. 4013.10.21.00 (ban dalam truk dan bus) serta HS No.
4013.90.20.00 (ban dalam sepeda motor). Untuk standar yang dilihatnya meliputi
sifat tampak, dimensi, penunjuk keausan telapak, ketidak dudukan bead untuk ban
tanpa ban dalam, ketahanan saat tekanan angin rendah, endurance.
Karet
merupakan salah satu komoditas terbesar Indonesia setelah minyak kelapa sawit,
dan 85% produksinya dilakukan oleh petani kecil. Karet terdiri dari polimer
senyawa organik isoprena, senyawa organik lainnya dan air. Kebanyakan karet
komersial berasal dari getah pohon para karet (para rubber tree) atau Hevea
brasiliensis.
Sebagai
produsen karet terbesar kedua di dunia, jumlah suplai karet Indonesia penting
untuk pasar global. Sejak tahun 1980-an, industri karet Indonesia telah
mengalami pertumbuhan produksi yang stabil. Kebanyakan hasil produksi karet
negara ini - kira-kira 80% - diproduksi oleh para petani kecil. Oleh karena
itu, perkebunan Pemerintah dan swasta memiliki peran yang kecil dalam industri
karet domestik. Kebanyakan produksi karet Indonesia berasal dari
provinsi-provinsi berikut:
a. Sumatra
Selatan
b. Sumatra
Utara
c. Riau
d. Jambi
e. Kalimantan
Barat
Total
luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama satu
dekade terakhir. Pada tahun 2015, perkebunan karet di negara ini mencapai luas
total 3,65 juta hektar. Karena prospek industri karet positif, telah ada
peralihan dari perkebunan-perkebunan komoditas seperti kakao, kopi dan teh,
menjadi perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet. Jumlah perkebunan karet
milik petani kecil telah meningkat, sementara perkebunan Pemerintah dan swasta
telah agak berkurang, kemungkinan karena perpindahan fokus ke kelapa sawit.
Sekitar
85% dari produksi karet Indonesia diekspor. Hampir setengah dari karet yang
diekspor ini dikirimkan ke negara-negara Asia lain, diikuti oleh negara-negara
di Amerika Utara dan Eropa. Lima negara yang paling banyak mengimpor karet dari
Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang,
Singapura, dan Brazil. Konsumsi karet domestik kebanyakan diserap oleh
industri-industri manufaktur Indonesia (terutama sektor otomotif).
Di
Jawa Barat sendiri, menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat,
tahun 2018, produksi karet oleh perkebunan rakyat sebanyak 4734 ton dengan luas
area 16.055 hektar. Produksi karet oleh perkebunan besar swasta adalah 14.388
ton dengan luas areal 21.526 hektar. Untuk produksi karet oleh perkebunan besar
negara adalah sebesar 17.345 ton dengan luas areal 24.834 hektar. Dibandingkan
dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki
level produktivitas per hektar yang rendah. Hal ini ikut disebabkan oleh fakta
bahwa usia pohon-pohon karet di Indonesia umumnya sudah tua dikombinasikan
dengan kemampuan investasi yang rendah dari para petani kecil, sehingga
mengurangi hasil panen. Sementara Thailand memproduksi 1.800 kilogram (kg)
karet per hektar per tahun, Indonesia hanya berhasil memproduksi 1.080 kg/ha.
Baik Vietnam (1.720 kg/ha) maupun Malaysia (1.510 kg/ha) memiliki produktivitas
karet yang lebih tinggi. Segel Jakarta/ Segel Tanggerang/ Segel Murah/ Segel
Asli/ Segel Kualitas. Cari tahu lebih lanjut mengenai Segel Keamanan.
Budidaya tanaman karet
Kebanyakan
karet komersial berasal dari getah pohon para karet (para rubber tree) atau
Hevea brasiliensis. Hevea brasiliensis berasal dari Brazilia, Amerika Selatan,
mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa pada tahun
1906. Tanaman ini berasal dari sedikit semai yang dikirimkan dari Inggris ke
Bogor pada tahun 1876, sedangkan semai-semai tersebut berasal dari biji karet
yang dikumpulkan oleh H. A. Wickman, kewarganegaraan Inggris, dari wilayah
antara Sungai Tapajoz dan Sungai Medeira di tengah Lembah Amazon.
Tanaman
karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus
tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter.
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Tanaman karet
juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga
tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5
tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis
tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Tanaman
karet memiliki perakaran yang ekstensif, akar tunggangnya mampu tumbuh menembus
tanah sampai 2 m, sedangkan akar lateralnya menyebar sepanjang lebih dari 10 m.
Tanaman karet berbentuk pohon dengan tinggi 15–25 m, tipe pertumbuhan tegak dan
memperlihatkan pola pertumbuhan berirama (ritme), yakni terdapat masa tumbuh
dan masa istirahat (latent) yang bergantian dalam periode sekali dalam dua
bulan. Batangnya berkayu, dengan susunan dari luar ke dalam sebagai berikut:
a. kulit
keras, terdiri dari lapisan gabus, kambium gabus, lapisan sel batu;
b. kulit
lunak, di dalamnya terdapat floem dan pembuluh lateks;
c. kambium;
d. kayu/xylem.
Pembuluh
lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral, membentuk sudut 3,70 -
50 terhadap garis vertikal dari kanan (atas) ke kiri (bawah). Daun tanaman
karet merupakan daun majemuk, dimana satu tangkai daun umumnya memiliki 3-5
anak daun. Tangkai daun panjangnya 3–20 cm, anak daun eliptis memanjang dengan
ujung runcing, tepi rata dan gundul. Daun tumbuh pada buku-buku membentuk
karangan daun yang disebut payung. Termasuk tanaman decidious, menggugurkan
daunnya pada musim kering. Bunga tersusun dalam rangkaian (malai) berbentuk
seperti kerucut. Termasuk tanaman monoceous (bunga jantan dan betina letaknya
terpisah dalam satu malai), bunga jantan terletak di bagian bawah/pangkal dari
cabang-cabang malai sedangkan bunga betina terletak di ujung malai. Bunga
betina memiliki 3 bakal buah yang beruang 3 dengan kepala putik yang duduk,
bunga jantan memiliki 10 benang sari yang bersatu membentuk tiang, serbuk sari
lengket, kecil dengan diameter 25-30 mikron. Buah karet mempunyai garis tengah
antara 3–5 cm, dengan bagian ruang yang berbentuk setengah bola; biji besar,
berbercak/bernoda (khas dan beracun). Masak buah yang normal sekitar 5 bulan,
buah masak pecah dengan kuat menurut ruang.
Segel
plastik yang diproduksi PT. Karya Gemilang memiliki kualitas yang bagus karena
setiap tahap produksi segel plastik dilakukannya pengawasan dan pemeriksaan
yang ketat, sehingga konsumen yang membeli produk perusahaan merasa puas
terhadap produk hasil produksi perusahaan. Segel Jakarta/ Segel Tanggerang/
Segel Murah/ Segel Asli/ Segel Kualitas.